Kembali saya akan menulis catatan dalam
kelas, yang pada bagian ini kelas teknik wawancara tanggal 22 April 2014 adalah
sesi berbagi pengalaman senior-senior psikologi Universitas Tarumanagara. Dosen
pengajar mata kuliah teknik wawancara memberikan kesempatan untuk para peserta
kelas mendengarkan langsung orang-orang hebat yang berkecimpung, terjebak, atau
menerima takdir dalam bidang industri dan organisasi. Berikut ini adalah hasil
sharing and caring, enjoy.
Senior pertama yang diberikan kesempatan
berbagi pengalaman dalam bidang PIO adalah seorang perempuan yang berinisial D
yang sempat bekerja di salah satu perusahaan bidang tambang nikel di Raja Ampat,
provinsi Papua Barat. Menurutnya teknik wawancara yang dipelajari pada saat
kuliah adalah sangat berguna. Untuk melakukan wawancara penerimaan karyawan
pada bidang crew (pekerja tambang di lapangan) seorang HRD haruslah berkompeten
dengan cara bina rapport dengan klien. Crew tambang yang mayoritas orang asli
daerah tersebut merupakan pekerja yang memiliki nilai kekeluargaan yang tinggi.
Salah satu cara beliau bina rapport adalah dengan bersama melakukan hal-hal
yang bersifat kekeluargaan, seperti contoh makan bersama. Wawancara dapat
dilakukan dengan cara non-formal, yakni seperti saat para pekerja beristirahat
di Mess pekerja, saat santai, disana kita dapat melakukan wawancara. Karena pada
dasarnya orang-orang daerah asli memiliki nilai kebudayaan (dalam hal ini
kekeluargaan) yang tinggi. Jika dapat membina rapport dengan baik, maka jalinan
komunikasi baikpun akan tercipta.
Namun baru-baru ini beliau pindah ke salah
satu perusahaan yang bergerak pada bidang kuliner. Menjadi seorang HRD di
perusahaan kuliner menjadi salah satu rekomendasi ranah bidang psikologi
industri dan organisasi. Melakukan wawancara pada perusahaan ini adalah dengan
wawancara formal dan melakukan tes masak untuk para calon pekerja yang iningin
menjadi Chef. Awalnya HRD melakukan screening
CV para pelamar, memberikan kabar untuk dilakukannya wawancara formal pada
sebuah ruangan, dan memberikan hasil lamaran kepada user perusahaan tersebut untuk dipertimbangkan layak atau tidaknya
calon pekerja tersebut. Untuk calon pekerja yang mengajukan menjadi koki akan
mendapatkan ujian yakni tes masak oleh sebuah perusahaan yang di tunjuk user untuk menguji kelayakan bidang
memasaknya.
Senior kedua adalah seorang Pria
berinisial J yang bergerak pada bidang pertanian kelapa sawit. Menurut beliau
untuk menjadi seorang HRD haruslah memiliki tiga unsur yakni mengetahui
perusahaan yang ingin dituju, mengetahui siapa yang akan diwawancara, dan
banyaklah untuk belajar dan membaca. Pertama adalah mengetahui perusahaan yang
kita tuju, hal ini penting adalah karena jika kita tidak banyak mengetahui
perusahaan yang kita tuju, maka akan memiliki tujuan karir yang tidak kompeten.
Seorang HRD haruslah mengetahui bagaimana latar belakang perusahaan tempat ia
bekerja dan juga hal-hal yang terjadi pada perusahaan tersebut agar menjadi
orang yang kompeten pada bidang psikologi industri dan organisasi. Kedua adalah
mengetahui siapa yang ingin diwawancara. Seorang HRD haruslah memiliki kesetaraan
dalam mewawancarai klien yang mengajukan posisi jabatan yang tinggi, seperti
contoh level manager. Hal ini haruslah dimiliki pada seorang HRD karena posisi
netral akan menghasilkan informasi yang lebih baik ketimbang seorang HRD
menempatkan dirinya pada posisi yang lebih rendah. Ketiga adalah banyak membaca
dan belajar. Hal yang secara umum ini akan terlontar oleh siapa saja. Dan iya
banyak belajar dan membaca akan membuka lebih luas dunia pengetahuan yang kita
miliki. Beliau berbagi pengalaman saat lulus S1 psikologi, ia harus belajar
lagi pada bidang yang lain. Menurutnya, seorang lulusan S1 masih harus untuk
belajar dan banyak membaca. Membaca adalah hal-hal yang ditekankan oleh beliau.
Jikalau HRD ditempatkan pada suatu daerah, maka pengetahuan akan kebudayaan
tersebut haruslah dimiliki. Adaptasi yang cepat seseorang ketika ditempatkan
pada suatu daerah akan membuka gerbang kemampuan mengolah isi teknik wawancara
yang baik.
Beliau juga berbagi pengalaman saat
mengalami kejadian yang cukup mencekam. Meski saat dilakukan sharing and caring
dalam kelas terlihat lucu dan peserta dapat tertawa, namun saya percaya saat
itu adalah salah satu kejadian yang mencekam saat beliau ditodong sebuah golok. Ini akan membuat seorang manapun “menjadi bijak untuk dapat hidup atau salah berbicara/perbuatan
yang akan merugikan diri sendiri”. Yakni adalah hari dimana beliau menolak
anak dari seorang kepala suku yang ingin bekerja pada lahan kelapa sawit di
tempat beliau bekerja. Sampai akhirnya warga dari suku tersebut tidak terima
karena anak dari kepala suku tersebut di tolak oleh beliau. Beliau mengingatkan
satu hal jika mengalami kejadian yang membuat anda tertekan adalah hal pertama
yang dilakukan jangan panik, hal ini
penting untuk membuat diri anda tetap netral dan dapat tetap berfikir dan
bertindak jernih. Hingga pada akhirnya kejadian itu selesai yakni melalui
insight yang datang, beliau dapat memberikan pengertian kepada warga suku
tersebut untuk menjadi lebih pintar dengan memberikan wejangan bijak sederhana “jika saya terima seorang pekerja yang
datang dengan keadaan yang tidak baik (anak kepala suku dengan mulut bau alcohol
dan mata yang merah seperti orang mabuk) apa tidak akan membuat citra kalian
terlihat buruk jika ingin bekerja di perusahaan sawit lainnya”. Hingga pada
akhirnya warga suku tersebut mengerti dan saling memahami, yang berujung pada
perdamaian antara dua belah pihak (perusahaan dan pekerja dari suku tersebut). Dan saya percaya hal yang terlontar
dari beliau adalah salah satunya hasil banyak membaca dan berdo’a.
Dan senior terakhir yang diberikan
kesempatan untuk berbagi pengalaman adalah seorang Pria berinisial P yang
bergerak pada bidang psikologi industri dan organisasi pada salah satu
perusahaan makanan / kuliner. Menurutnya seorang pekerja harus memiliki
kompetensi pada bidang yang akan dituju. Beliau mencontohkan seperti level sales promotion. Seorang SPG/SPB haruslah kompeten seperti harus
berpenampilan menarik, ramah, murah senyum, rapi, dan bersih. Hal ini penting
karena jabatan tersebut mengharuskan untuk bertemu banyak orang setiap harinya.
Untuk menjadi pekerja yang kompeten seseorang haruslah memerhatikan penampilan, percaya diri, dan terus meningkatkan kemampuan dalam bekerja.
Penampilan calon pekerja adalah hal yang akan dinilai seorang HRD pada saat
melakukan sesi wawancara, berpenampilanlah rapih dan bersih untuk dapat
memberikan citra positif yang akan keluar pada seorang HRD tersebut. Percaya diri,
hal yang harus dimiliki seseorang yang ingin bekerja. Karena dengan percaya
diri akan menumbuhkan sifat optimis dan inisiatif dalam bekerja. Dan yang
ketiga adalah dengan meningkatkan kemampuan dalam bekerja. Jika bukan kita yang
mulai dari diri sendiri untuk meningkatkan / menyejahterakan diri kita sendiri
dengan membuat perusahaan menjadi baik siapa lagi ?.
Itulah beberapa pengalaman yang
dibagikan oleh senior yang bergerak pada bidang psikologi industri dan
organisasi kepada para juniornya. Semoga dapat bermanfaat, setidaknya
memberikan insight.
Enjoy !