Apa yang saya
tangkap di kamis siang ? here we go…
mari kita lihat cara pandang saya mengenai hubungan seksual orang dewasa dalam
kelas perilaku seksual. Dewasa adalah tahap perkembangan yang akan dilalui
manusia. Perkembangan ini adalah terusan dari masa remaja akhir. Yaa.. tema
siang ini berhubungan dengan perkembangan orang-orang diusianya 21 tahun ke
atas. Cinta pada masa usia dewasa adalah cinta yang serius, yang mana pada
pembahasan lalu tentang teori cinta yang dikemukakan oleh John Alan Lee. Pragma
/ practical lover, dimana orang dengan kategori ini memiliki hubungan yang
serius (saling memikirkan masa depan yang berujung pernikahan).
Nah, ada hal
menarik pada kelas siang hari ini membahas tentang cohabitation atau lebih dikenal dengan istilah kumpul kebo, entah apa dari mana istilah ini namun artinya bukanlah
binatang kebo (kerbau menurut EYD) berkumpul akan tetapi memiliki hubungan
tidak resmi tinggal / hidup dalam satu rumah. Tidak ada pernikahan secara agama
dan hukum tinggal serumah ? untuk mayoritas masyarakat kita yang tinggal di
Indonesia melakukan cohabitation ini
mungkin adalah hal yang tidak biasa. Namun kegiatan ini memiliki efek positif
juga ternyata. Okee mari kita bahas apa positifnya:
1.
Lebih dapat mengenal pasangan. Tentu saja,
tinggal berdua dalam satu atap dapat lebih mengenal pasangan. Karena apapun
kesibukan di luar sana akan pulang ke tempat tinggal yang nyaman untuk
beristirahat. Sama seperti slogan yang pernah saya lihat di bus (angkutan saya
PP kampus-rumah) pergi untuk kerja,
pulang karena rindu..
2.
Adanya support secara emosional. Yap, selain
dapat mengenal pasangan, individu yang melakukan cohabitation ini akan mendapatkan dukungan secara emosinal.
3.
Adanya support secara ekonomi. Jelas, hal ini
seperti hidup bersama layaknya keluarga. Akan tetapi keduanya yang memiliki
penghasilan masing-masing dapat saling bahu membahu mengcover kebutuhan.
Contoh: mencicil rumah / apartemen berdua, bayar sewa listrik dan air berdua.
Biaya lebih ekonomis dan tidak ada tanggungan untuk pria atas kebutuhan
pasangan wanitanya.
Baiklah, tidak lengkap rasanya jika belum membicarakan sisi
negative dari cohabitation ini:
1.
Pandangan negative dari masyarakat. Tentu saja,
Indonesia memiliki budaya yang secara turun-temurun santun dan beragama. Sudah
barang tentu, akan ada penghakiman tersembunyi dari masyarakat luas. (kecuali
kerabat dekat, mereka bisa saja support / netral dengan kegiatan yang temannya
lakukan dengan alasan mainstream loe..loe..gue..gue..)
2.
Tidak ada surat resmi secara hukum dan agama.
Karena pada dasarnya menikah di Indonesia harus sah secara hukum dan agama, dan
hal ini akan menyusahkan mereka yang melakukan kegiatan cohabitation ini.
3.
Anak yang terlahir tidak resmi. Wah, ini sih
bahaya. Tinggal berdua layaknya suami-istri, lalu melahirkan anak yang tidak
resmi. Menghancurkan masa depan anak, karena hak anak memiliki akte kelahiran
dari ayah-ibunya. Akan tetapi pasangan cohabitation
tidak memiliki surat resmi keterangan akan hubungannya di mata agama dan
hukum.
4.
Dosa. Mohon ampun Tuhan, jauhkan aku dari
tindakan ini.
Hal-hal diatas adalah pandangan cohabitation menurut kaca pandang penulis yang tertangkap dalam
kelas. Jika harus memilih menikah atau cohabitation
saya sarankan menikah. Karena penelitian menunjukkan orang yang menikah
akan cenderung lebih bahagia, lebih sehat, dan hidup lebih lama. Selain itu ada
nilai lebih untuk orang menikah yakni resmi secara hukum dan agama, memiliki
anak yang resmi, dan tidak dosa (justru mendapat pahala) Karena agama juga
mengharuskan menikah bagi mereka yang sudah siap secara ekonomi.
Pada saat
menjalankan sebuah hubungan ada juga istilah perselingkuhan. Kegiatan ini
merupakan tindakan tidak adil terhadap pasangan. Mengabaikan nilai-nilai sebuah
hubungan komunikasi baik, saling percaya, dan keterbukaan. “dek.. cinta abang adalah kau seorang.” (seorang di Jakarta, seorang di
Bandung, seorang Kalimantan, seorang di BBM, Twitter, dan Facebook) berikut
adalah tahap perselingkuhan yang terjadi:
1.
Seseorang dapat tertarik karena dekat secara
emosional. Contoh: Pria menikah yang bekerja tertarik dengan rekan kerja karena
menikmati saat sharing pekerjaan.
2.
Merahasiakan hubungan. Contoh: setelah saling tertarik karena sharing pekerjaan. Pria
merahasiakan hubungannya dengan pasangannya. Disini nilai-nilai sebuah hubungan
keterbukaan mulai terkikis.
3.
Sering bersama melakukan kegiatan. Contoh: pria
menikah tadi lebih banyak menghabiskan waktu dengan rekan kerjanya. Nilai
saling percaya mulai terkikis karena pasangan wanita mencium aroma
perselingkuhan dari ketertutupan dan komunikasi pria yang mulai memburuk.
4.
Hubungan seksual. Hingga pada akhirnya tujuan
selingkuh adalah berawal dari sharing pekerjaan
yang memiliki dukungan secara emosional.
Baiklah itu tadi merupakan
tangkapan mengenai hubungan seksual orang dewasa, saya akhiri catatan ini
dengan pesan "semoga dapat bermanfaat" dan juga dengan kepala tertunduk apabila
tulisan ini tidak sempurna. Karena kesempurnaan murni milik Tuhan Yang Maha Kuasa dan Andra and The backbone. Terima kasih ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar