Halo. Jumpa lagi bersama saya di bagian Ketiga.
Alhamdulillah. Blog ini kembali
updated untuk melanjutkan pengalaman saya yang resmi positif Covid-19. Jika
tulisan ini sudah terbit itu artinya saya sudah sembuh, dan masih diperkenankan
oleh Allah Subhanahu Wataála kembali mengumpulkan amal di dunia. Dapat
dikatakan, telah melalui "ujian atau nikmat” sakit. Dengan kata
lain, saya akan menuju ujian selanjutnya, Apakah ujian nikmat supaya
bersabar? Ataukah ujian nikmat untuk bersyukur? Untuk perkara ini saya
serahkan kepada Raja pemilik takdir, Allah Subhanahu wataála.
Bagaimana kabar saya, kamu, dan kita hari
ini? Semoga dalam keadaan baik dan sehat. Anyway, pada bagian ini
saya akan berbagi pengalaman melewati bagaimana rasanya “senjata yang tidak
terlihat” ini. Jika di dalamnya terdapat salah satu produk, aplikasi,
instansi atau apapun itu, sekali lagi saya tegaskan bahwa saya berbagi
pengalaman, bukan promosi. Sudah siap? Yuk mari!
Orang Tanpa Gejala,
gejala ringan, sedang, atau berat?
Sebagai pembuka, saya jelaskan bagaimana
“status” saya saat resmi dinyatakan positif Covid-19. Tidak valid
rasanya jika menyatakan atas dasar “yang saya rasakan”. Berdasarkan
hal tersebut, saya menggunakan salah satu aplikasi kesehatan yang di dalamnya terdapat pertanyaan screening Covid-19. Fyi, secara umum aplikasi tersebut adalah wadah yang menghubungkan antara domisili pasien dengan Satgas Covid-19 atau Puskesmas yang
bertanggung jawab di wilayah domisili pasien. Singkat cerita- setelah daftar dan mengisi
beberapa pertanyaan di aplikasi tersebut, hasilnya adalah Konfirmasi
Bergejala Ringan. Tidak lama setelah itu, Puskesmas terdekat menghubungi
via Whatsapp untuk konfirmasi bahwa saya harus istirahat dan melakukan
kegiatan Isolasi Mandiri (Isoman). (baca: mengikuti prosedur Satgas Covid
via WA)
![]() |
dokumentasi pribadi: Screenshoot status positif |
Kegiatan Isoman ini dimulai sejak Sabtu 19 Desember 2020. Secara umum aktivitas pada hari itu sudah saya bagikan di tulisan sebelumnya. So, Bagaimana kondisi pada hari Minggu 20/12/2020? Pada hari ini suhu badan normal, bernafas lancar, indra penciuman dan perasa berfungsi baik, dan nafsu makan juga tidak ada gangguan. Sejauh yang saya rasakan pada hari ini baik-baik saja. Aktivitas apa yang di lakukan saat Isoman? Aktivitas normal saja. Ibadah tepat waktu, berfikir positif, makan teratur, berolahraga di rumah, dan salah satunya memutuskan untuk menulis, membagikan pengalaman yang saya alami, mana tahu bermanfaat khususnya bagi diri saya sendiri, umumnya untuk pembaca Blog ini.
Timbul Gejala
Sesak Nafas Ringan.
Sejak resmi dinyatakan positif Covid,
sejak saat itu saya lebih memperkuat positive thinking. Karena bagi
saya, apapun kondisinya, jika saya, kamu, dan kita semua dapat berpikir positif, maka itu akan menarik
hal-hal positif hadir di sekelilingnya. Semesta akan menjawab sesuai dengan apa
yang kita pikirkan, ya, dengan caranya sendiri.
“Meski situasinya
terkesan atau sebenarnya memang buruk, berpikir positif mampu untuk
mengeluarkan kita dari kondisi tersebut”.
Salah satu bentuk
usaha yang saya lakukan untuk menghadirkan hal positif adalah pertama dengan beraktivitas seperti biasa.
Menyadari kondisi tubuh secara real time, jika kondisi baik- “sadari”, rasakan, dan percayakan pikiranmu
memang itu yang terjadi. Dan yang kedua berolahraga, karena ini hari kedua Isoman di rumah,
Saya melanjutkan kembali olahraga yang sudah di mulai sejak hari Sabtu 19/12.
Masih di tanggal 20/12, pada pertengahan gerakan push up, saya merasakan seperti agak kesulitan bernafas. Saya mencoba pastikan dengan merasakan dengan
sebenar-benarnya. Dan ya, agak sulit bernafas sedikit, tapi apakah
ini karena virusnya bekerja atau kondisi tubuh saya yang jarang olahraga? Kemungkinan
terbesar -penilaian saya- adalah karena jarang olahraga penyebabnya. Pasalnya, saya baru mulai
kembali untuk push up dengan intensitas yang lebih berat. Ya, karena
sebelumnya tidak rutin, seinget
dan semaunya aja paling.
Ternyata, hari-hari Isoman ke depan timbul
gejala sulit bernafas. Namun, intensitas munculnya tidak sering, khusus pada saat berolahraga, lebih spesifik dalam posisi push up dan pull up. Tapi tenang, sulit bernafas ini tidak seburuk
yang kamu baca dan pikirkan, tidak, tidak seburuk itu. Buktinya
saya masih mampu menjalankan gerakan itu. Hanya saja, saya menyadari sesak nafas ini bukan karena kondisi akibat jarang olahraga, melainkan karena -menurut penilaian saya- karena virus itu sedang bekerja. Whaat?
Gawat dong kalo gitu! Tambah parno gue!. Hey tunggu, tunggu, tunggu, saya
ulangi sekali lagi baca sekali lagi kalimat yang saya highlight warna
hijau. Sejatinya, bernafas masih bisa dilakukan via hidung atau
mulut, hanya kurang nyaman saja merasakan sedikit sesak. Gambaran rasa sesak
nafasnya kurang lebih seperti sedang olahraga jogging atau jalan cepat
tapi pakai masker. Fyi, kondisi saya disini bukan perokok.
![]() |
dokumentasi pribadi: Tracking timbul gejala sesak nafas ringan |
Berikut adalah beberapa waktu dan kondisi
dimana saya merasakan gejala sesak nafas ringan saat menjalani Isoman (perlu
diingat, mengacu pada kalimat yang saya highlight warna hijau).
Pada saat olahraga, beberapa menit setelah berolahraga, dan ketika masuk waktu
ashar menuju maghrib sampai dengan Isya. Secara umum, intensitas sesak nafasnya
datang beberapa menit lalu tak lama hilang. Waktu yang saya alami secara umum
dua kali, saat pagi hari menjelang siang ketika olahraga dan satu kali saat
perpindahan dari waktu Ashar ke Maghrib sampai dengan Isya. Sehari 3 kali kek
minum obat? Tepat.
Solusi dari sesak
nafas dan Lakukan apa sampai sembuh?
Selain sesak nafas ringan apakah
ada gejala lain yang muncul? Tidak ada. Apa yang dilakukan saat
sadar bahwa virus itu sedang bekerja dengan mengganggu pernafasan? Jangan
panik, terima kondisinya, tetap “sadari” tubuh kita secara real time, dan mulai-lah mengatur nafas dengan perlahan. Solusi yang saya lakukan saat terjadi sesak nafas ringan (ingat highlight warna hijau) adalah dengan mengoleskan minyak kayu putih atau essential oil pada bagian
hidung, leher, dada, punggung, dan telapak kaki. Olesan tersebut langsung dirasakan
efeknya, perlahan bernafas kembali normal. Khusus olesan pada bagian hidung adalah salah
satu teknik bagi saya mengontrol indra
penciuman dalam kondisi normal.
Adakah kegiatan khusus yang membantu proses pemulihan? Ada, berjemur. Jangan lewatkan kesempatan berjemur pagi hari.
![]() |
dokumentasi pribadi: Saat berjemur |
Makanan khusus yang dikonsumsi? Tidak ada. Makan saja seperti biasa sesuai kebutuhan kalori setiap hari, usahakan di dalamnya terdiri dari karbohidrat, protein, buah dan sayuran, penuhi itu. Apakah ada obat khusus yang dikonsumsi? Tidak ada. Sampai saya sembuh tidak ada obat khusus yang saya konsumsi. Adakah tambahan vitamin dan suplemen tubuh? Saya mengonsumsi Clover Honey (madu), royal jelly, propellix, pollenergy, dan propolis.
![]() |
dokumentasi pribadi: vitamin dan suplemen |
Yakin tidak ada kondisi atau kegiatan khusus untuk berperang dengan Virus ini? Ternyata Ada dua. Dan ya, dua hal ini adalah variabel yang signifikan. Meditasi dan berfikir positif. Bentuk meditasi yang saya lakukan adalah dengan melakukan sholat dan juga berdoá, sedangkan bentuk berfikir positif adalah dengan menerima kondisi sakit sebagai bagian dari ujian dunia agar bersabar.
Sikap pandangan, introspeksi,
dan donor plasma darah.
Tidak ada yang tahu pasti kapan pandemi
ini berakhir. Oleh karenanya, penting bagi kita untuk tetap berada dalam
keadaan sehat secara akal, logika, Iman, dan imun. Rawat dan jaga empat hal
tersebut, agar kita mampu bersikap dan mengambil keputusan dengan tepat berdasarkan
data dan fakta yang benar. Terlebih dengan kondisi pemberitaan yang sampai hari
ini belum berimbang antara berita yang bernada positif seperti kesembuhan dibandingkan dengan berita yang bernada menebarkan ketakutan yang akhir-akhir ini saya dengar “masyarakat seperti
menggali kuburnya sendiri”, atau munculnya varian terbaru virusnya.
![]() |
https://twitter.com/GrrrGraphics/media |
Setelah mengalami positif Covid-19, apakah akan mengubah sudut pandang saya terhadap fenomena pandemi ini? Tentu tidak. Pengalaman ini justru membuat saya semakin yakin bahwa kondisi yang sering di beritakan tidak seburuk itu. Bukan, pernyataan ini bukan ditujukan untuk mengkhianati pihak-pihak yang berjuang di baris depan menghalau "senjata yang tidak terlihat ini". Pernyataan ini lebih dekat agar saya, kamu, dan kita lebih waspada tapi tetap rasional.
![]() |
https://twitter.com/GrrrGraphics/media |
"Berapa banyak orang yang sudah terpapar Covid lalu sembuh? Bagaimana dan apa saja kegiatan mereka sampai sembuh? Pernahkah mendengar pengalaman mereka berjuang sampai akhirnya sembuh? Lebih banyak mana berita yang kamu dengar, apakah berita keberhasilan pasien yang sembuh untuk menebarkan pesan optimis ataukah berita yang menebarkan ketakutan setiap harinya? Dalam sehari, mana yang lebih sering menghiasi headline di media, akun media sosialmu, atau bahkan whatsapp groupmu?".
Jawablah pertanyaan-pertanyaan itu. Renungilah dalam diam, pahami dengan cermat, buktikan dengan data dan fakta yang benar. Bukan apa-apa, selama kita di suguhkan terus menerus dengan berita yang menakutkan, selama itu juga ketakutan akan menghiasi hidup kita ke depan. Jika tidak di imbangi dengan berita yang optimis, bukan tidak mungkin ke depan, rasa optimis saya, kamu, dan kita semua makin terkikis dan perlahan mulai menuju pesimis.
"Mari saling mengingatkan dan menguatkan untuk tetap sehat secara akal, logika, Iman, dan imun".
Terakhir sebagai penutup, saya tertarik dan berniat mendonorkan plasma darah saya- untuk pasien positif Covid yang membutuhkan. Tujuannya adalah sebagai "percepatan kesembuhan" bagi mereka yang sedang berjuang melawan virus ini. Namun, kendala yang saya temui adalah masih minimnya informasi untuk mendonorkan plasma darah di Jakarta. Jika sebagian dari pembaca memiliki informasi tersebut, mohon bantuannya supaya di informasikan di kolom komentar. Fyi, golongan darah saya "O". Terima kasih.
Untuk orang-orang yang sehat, tetap jaga kesehatan. Bagi yang sedang positif Covid, bersabarlah, dan tetap semangat, semoga lekas sembuh, Aamiin Insyaallah. Untuk orang-orang yang sudah sembuh dari Covid, bagikan dan edukasi pengalaman itu. Imbangi dengan yang positif.
Salam.
Tangerang, 31 Desember
2020
Yudha
kereeen aduy, setuju banget.
BalasHapusselamat menikmati kesembuhan dan kenaikna keimanan....😄😄😄
Mantab. Tetap jaga keimanan dan kesehatan.
HapusMantep aduy
BalasHapusHihi, terima kasih mbak. Ditunggu tulisanmu :)
Hapus