Kamis, 31 Desember 2020

Hari-hari setelah dinyatakan positif Covid-19

Halo. Jumpa lagi bersama saya di bagian Ketiga.

     Alhamdulillah. Blog ini kembali updated untuk melanjutkan pengalaman saya yang resmi positif Covid-19. Jika tulisan ini sudah terbit itu artinya saya sudah sembuh, dan masih diperkenankan oleh Allah Subhanahu Wataála kembali mengumpulkan amal di dunia. Dapat dikatakan, telah melalui "ujian atau nikmat” sakit. Dengan kata lain, saya akan menuju ujian selanjutnya, Apakah ujian nikmat supaya bersabar? Ataukah ujian nikmat untuk bersyukur? Untuk perkara ini saya serahkan kepada Raja pemilik takdir, Allah Subhanahu wataála.

     Bagaimana kabar saya, kamu, dan kita hari ini? Semoga dalam keadaan baik dan sehat. Anyway, pada bagian ini saya akan berbagi pengalaman melewati bagaimana rasanya “senjata yang tidak terlihat” ini. Jika di dalamnya terdapat salah satu produk, aplikasi, instansi atau apapun itu, sekali lagi saya tegaskan bahwa saya berbagi pengalaman, bukan promosi. Sudah siap? Yuk mari!

Orang Tanpa Gejala, gejala ringan, sedang, atau berat?

     Sebagai pembuka, saya jelaskan bagaimana “status” saya saat resmi dinyatakan positif Covid-19. Tidak valid rasanya jika menyatakan atas dasar “yang saya rasakan”. Berdasarkan hal tersebut, saya menggunakan salah satu aplikasi kesehatan yang di dalamnya terdapat pertanyaan screening Covid-19. Fyi, secara umum aplikasi tersebut adalah wadah yang menghubungkan antara domisili pasien dengan Satgas Covid-19 atau Puskesmas yang bertanggung jawab di wilayah domisili pasien. Singkat cerita- setelah daftar dan mengisi beberapa pertanyaan di aplikasi tersebut, hasilnya adalah Konfirmasi Bergejala Ringan. Tidak lama setelah itu, Puskesmas terdekat menghubungi via Whatsapp untuk konfirmasi bahwa saya harus istirahat dan melakukan kegiatan Isolasi Mandiri (Isoman). (baca: mengikuti prosedur Satgas Covid via WA)

dokumentasi pribadi: Screenshoot status positif
Wisma Atlet atau Rumah?

     Kegiatan Isoman ini dimulai sejak Sabtu 19 Desember 2020. Secara umum aktivitas pada hari itu sudah saya bagikan di tulisan sebelumnya. So, Bagaimana kondisi pada hari Minggu 20/12/2020? Pada hari ini suhu badan normal, bernafas lancar, indra penciuman dan perasa berfungsi baik, dan nafsu makan juga tidak ada gangguan. Sejauh yang saya rasakan pada hari ini baik-baik saja. Aktivitas apa yang di lakukan saat Isoman? Aktivitas normal saja. Ibadah tepat waktu, berfikir positif, makan teratur, berolahraga di rumah, dan salah satunya memutuskan untuk menulis, membagikan pengalaman yang saya alami, mana tahu bermanfaat khususnya bagi diri saya sendiri, umumnya untuk pembaca Blog ini.

Timbul Gejala Sesak Nafas Ringan.

     Sejak resmi dinyatakan positif Covid, sejak saat itu saya lebih memperkuat positive thinking. Karena bagi saya, apapun kondisinya, jika saya, kamu, dan kita semua dapat berpikir positif, maka itu akan menarik hal-hal positif hadir di sekelilingnya. Semesta akan menjawab sesuai dengan apa yang kita pikirkan, ya, dengan caranya sendiri.

“Meski situasinya terkesan atau sebenarnya memang buruk, berpikir positif mampu untuk mengeluarkan kita dari kondisi tersebut”.

Salah satu bentuk usaha yang saya lakukan untuk menghadirkan hal positif adalah pertama dengan beraktivitas seperti biasa. Menyadari kondisi tubuh secara real time, jika kondisi baik-  “sadari”, rasakan, dan percayakan pikiranmu memang itu yang terjadi. Dan yang kedua berolahraga, karena ini hari kedua Isoman di rumah, Saya melanjutkan kembali olahraga yang sudah di mulai sejak hari Sabtu 19/12. 

     Masih di tanggal 20/12, pada pertengahan gerakan push up, saya merasakan seperti agak kesulitan bernafas. Saya mencoba pastikan dengan merasakan dengan sebenar-benarnya. Dan ya, agak sulit bernafas sedikit, tapi apakah ini karena virusnya bekerja atau kondisi tubuh saya yang jarang olahraga? Kemungkinan terbesar -penilaian saya- adalah karena jarang olahraga penyebabnya. Pasalnya, saya baru mulai kembali untuk push up dengan intensitas yang lebih berat. Ya, karena sebelumnya tidak rutin, seinget dan semaunya aja paling.

     Ternyata, hari-hari Isoman ke depan timbul gejala sulit bernafas. Namun, intensitas munculnya tidak sering, khusus pada saat berolahraga, lebih spesifik dalam posisi push up dan pull up. Tapi tenang, sulit bernafas ini tidak seburuk yang kamu baca dan pikirkan, tidak, tidak seburuk itu. Buktinya saya masih mampu menjalankan gerakan itu. Hanya saja, saya menyadari sesak nafas ini bukan karena kondisi akibat jarang olahraga, melainkan karena -menurut penilaian saya- karena virus itu sedang bekerja. Whaat? Gawat dong kalo gitu! Tambah parno gue!. Hey tunggu, tunggu, tunggu, saya ulangi sekali lagi baca sekali lagi kalimat yang saya highlight warna hijau. Sejatinya, bernafas masih bisa dilakukan via hidung atau mulut, hanya kurang nyaman saja merasakan sedikit sesak. Gambaran rasa sesak nafasnya kurang lebih seperti sedang olahraga jogging atau jalan cepat tapi pakai masker. Fyi, kondisi saya disini bukan perokok.

dokumentasi pribadi:
Tracking timbul gejala sesak nafas ringan


    
Berikut adalah beberapa waktu dan kondisi dimana saya merasakan gejala sesak nafas ringan saat menjalani Isoman (perlu diingat, mengacu pada kalimat yang saya highlight warna hijau). Pada saat olahraga, beberapa menit setelah berolahraga, dan ketika masuk waktu ashar menuju maghrib sampai dengan Isya. Secara umum, intensitas sesak nafasnya datang beberapa menit lalu tak lama hilang. Waktu yang saya alami secara umum dua kali, saat pagi hari menjelang siang ketika olahraga dan satu kali saat perpindahan dari waktu Ashar ke Maghrib sampai dengan Isya. Sehari 3 kali kek minum obat? Tepat.

Solusi dari sesak nafas dan Lakukan apa sampai sembuh?

     Selain sesak nafas ringan apakah ada gejala lain yang muncul? Tidak ada. Apa yang dilakukan saat sadar bahwa virus itu sedang bekerja dengan mengganggu pernafasan? Jangan panik, terima kondisinya, tetap “sadari” tubuh kita secara real time, dan mulai-lah mengatur nafas dengan perlahan. Solusi yang saya lakukan saat terjadi sesak nafas ringan (ingat highlight warna hijau) adalah dengan mengoleskan minyak kayu putih atau essential oil pada bagian hidung, leher, dada, punggung, dan telapak kaki. Olesan tersebut langsung dirasakan efeknya, perlahan bernafas kembali normal. Khusus olesan pada bagian hidung adalah salah satu teknik bagi saya mengontrol indra penciuman dalam kondisi normal.

     Adakah kegiatan khusus yang membantu proses pemulihan? Ada, berjemur. Jangan lewatkan kesempatan berjemur pagi hari.

dokumentasi pribadi: Saat berjemur

Makanan khusus yang dikonsumsi? Tidak ada. Makan saja seperti biasa sesuai kebutuhan kalori setiap hari, usahakan di dalamnya terdiri dari karbohidrat, protein, buah dan sayuran, penuhi itu. Apakah ada obat khusus yang dikonsumsi? Tidak ada. Sampai saya sembuh tidak ada obat khusus yang saya konsumsi. Adakah tambahan vitamin dan suplemen tubuh? Saya mengonsumsi Clover Honey (madu), royal jelly, propellix, pollenergy, dan propolis.

dokumentasi pribadi: vitamin dan suplemen

     Yakin tidak ada kondisi atau kegiatan khusus untuk berperang dengan Virus ini? Ternyata Ada dua. Dan ya, dua hal ini adalah variabel yang signifikan. Meditasi dan berfikir positif. Bentuk meditasi yang saya lakukan adalah dengan melakukan sholat dan juga berdoá, sedangkan bentuk berfikir positif adalah dengan menerima kondisi sakit sebagai bagian dari ujian dunia agar bersabar.

Sikap pandangan, introspeksi, dan donor plasma darah.

     Tidak ada yang tahu pasti kapan pandemi ini berakhir. Oleh karenanya, penting bagi kita untuk tetap berada dalam keadaan sehat secara akal, logika, Iman, dan imun. Rawat dan jaga empat hal tersebut, agar kita mampu bersikap dan mengambil keputusan dengan tepat berdasarkan data dan fakta yang benar. Terlebih dengan kondisi pemberitaan yang sampai hari ini belum berimbang antara berita yang bernada positif seperti kesembuhan dibandingkan dengan berita yang bernada menebarkan ketakutan yang akhir-akhir ini saya dengar “masyarakat seperti menggali kuburnya sendiri”, atau munculnya varian terbaru virusnya.

https://twitter.com/GrrrGraphics/media

     Setelah mengalami positif Covid-19, apakah akan mengubah sudut pandang saya terhadap fenomena pandemi ini? Tentu tidak. Pengalaman ini justru membuat saya semakin yakin bahwa kondisi yang sering di beritakan tidak seburuk itu. Bukan, pernyataan ini bukan ditujukan untuk mengkhianati pihak-pihak yang berjuang di baris depan menghalau "senjata yang tidak terlihat ini". Pernyataan ini lebih dekat agar saya, kamu, dan kita  lebih waspada tapi tetap rasional.

https://twitter.com/GrrrGraphics/media

"Berapa banyak orang yang sudah terpapar Covid lalu sembuh? Bagaimana dan apa saja kegiatan mereka sampai sembuh? Pernahkah mendengar pengalaman mereka berjuang sampai akhirnya sembuh? Lebih banyak mana berita yang kamu dengar, apakah berita keberhasilan pasien yang sembuh untuk menebarkan pesan optimis ataukah berita yang menebarkan ketakutan setiap harinya? Dalam sehari, mana yang lebih sering menghiasi headline di media, akun media sosialmu, atau bahkan whatsapp groupmu?".

     Jawablah pertanyaan-pertanyaan itu. Renungilah dalam diam, pahami dengan cermat, buktikan dengan data dan fakta yang benar. Bukan apa-apa, selama kita di suguhkan terus menerus dengan berita yang menakutkan, selama itu juga ketakutan akan menghiasi hidup kita ke depan. Jika tidak di imbangi dengan berita yang optimis, bukan tidak mungkin ke depan, rasa optimis saya, kamu, dan kita semua makin terkikis dan perlahan mulai menuju pesimis. 

"Mari saling mengingatkan dan menguatkan untuk tetap sehat secara akal, logika, Iman, dan imun". 

     Terakhir sebagai penutup, saya tertarik dan berniat mendonorkan plasma darah saya- untuk pasien positif Covid yang membutuhkan. Tujuannya adalah sebagai "percepatan kesembuhan" bagi mereka yang sedang berjuang melawan virus ini. Namun, kendala yang saya temui adalah masih minimnya informasi untuk mendonorkan plasma darah di Jakarta. Jika sebagian dari pembaca memiliki informasi tersebut, mohon bantuannya supaya di informasikan di kolom komentar. Fyi, golongan darah saya "O". Terima kasih.

Untuk orang-orang yang sehat, tetap jaga kesehatan. Bagi yang sedang positif Covid, bersabarlah, dan tetap semangat, semoga lekas sembuh, Aamiin Insyaallah. Untuk orang-orang yang sudah sembuh dari Covid, bagikan dan edukasi pengalaman itu. Imbangi dengan yang positif.

Salam.

Tangerang, 31 Desember 2020

Yudha

4 komentar:

  1. kereeen aduy, setuju banget.
    selamat menikmati kesembuhan dan kenaikna keimanan....😄😄😄

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Hihi, terima kasih mbak. Ditunggu tulisanmu :)

      Hapus