Assalamualaikum warohmatullahi
wabarokaatuh.
Halo, perkenalkan saya Yudha. Ini
adalah kali pertama menulis kembali di Blog setelah terakhir menulis pada masa
kuliah tahun 2014. Pada kesempatan kali ini, saya ingin membagikan pengalaman
yang mungkin hari ini sudah banyak orang terpapar, sedang dalam perawatan dan
pemantauan, atau bahkan sudah mengalami fase sembuh dari virus ini. Sudah siap? Let’s Go!
Tulisan kali ini akan saya bagi
ke beberapa bagian yaitu sudut pandang pribadi saya melihat fenomena pandemi
Covid-19, riwayat kegiatan sebelum dinyatakan Positif Covid-19, dan hari-hari setelah
resmi dinyatakan Positif Covid-19.
Sudut pandang pribadi
tentang fenomena Pandemi Covid-19
Saya ceritakan secara
singkat tentang sikap saya dalam memandang dan menilai fenomena Virus Covid-19 semenjak
ditetapkan statusnya menjadi Pandemi di seluruh dunia, khususnya di Indonesia
pada akhir Maret 2020. Saya tidak merasa kaget, cemas, atau panik. Pasalnya,
pada pertengahan 2017 saya sempat menonton sebuah video yang menarik bagi saya
di Youtube tentang argumentasi Bumi Datar. Terlambat agaknya mendapatkan
informasi tersebut, namun argumentasi tentang Teori Bumi Datar itu membuat saya
kritis dalam menerima sebuah informasi. Saya coba mengikuti, menyimak, memahami,
dan menelusuri fakta-fakta yang dipaparkan
dalam video tersebut satu-per-satu, sampai singkat cerita- pada akhirnya
mengerucut pada sebuah kesimpulan bahwasannya sebuah kejahatan dan penjajahan
dunia masih berlangsung dari dulu bahkan sampai hari ini.
Ahh halu nih apa hubungannya?..
Sampah! Masa iya percaya teori itu..
Apa hubungannya Covid-19 sama Bumi Datar..
Cerita nggak bermutu! Pergi dah ke Laut..
Dan..dan.. seterusnya.
Yes. Terima kasih atas
perhatiannya.
Wahai saudaraku,
Sesungguhnya
kita berada disisi yang sama.
Saya yakin..
Kamu pasti
benci ketidakadilan.
Kamu pasti
jengah akan penindasan.
Kamu pasti
menolak segala bentuk Penjajahan.
Ingatlah, Kebenaran itu pada
akhirnya akan terungkap. Kebenaran akan mengisi ruang-ruang yang bersih, ruang yang siap menerima fakta, ruang yang
siap menolak asupan yang tidak benar. Pada ujungnya nanti, Saya, Kamu, dan Kita
semua pergi melawan Ketidakadilan, Penindasan, dan Penjajahan. Dengan kemampuan
yang saya miliki, dengan Teknik yang biasa Kamu gunakan, dengan semua hal yang
bisa Kita kerjakan. Bersabarlah dan bersiaplah tuntut kebenaran itu.
Jika dahulu berperang menggunakan
senjata api, hari ini perang itu menggunakan senjata yang tidak terlihat. Peluru-peluru
tajam yang dahulu menembus tubuh para Angkatan bersenjata, kini peluru-peluru
itu menembus dalam senyap. Tak mengenal siapapun
dia, apapun pekerjaannya, setinggi apa jabatannya. Tidak menyambangi yang tua
saja, bahkan si pemuda, tidak mampir pada si kaya saja, menengah ataupun miskin
rata dibuatnya. Senjata itu dapat masuk
tanpa permisi. Mendestruksi bagian vital manusia yang bahkan sampai hari ini
sudah banyak korban meninggal yang diakibatkan olehnya.
Apakah Virus Covid-19 ini sangat
berbahaya? Tergantung bagi siapa. Menurut informasi dari pakar dibidangnya, berbahaya
pada orang yang memiliki riwayat penyakit komorbid yaitu penyakit penyerta
seperti contohnya Diabetes, Autoimun, Jantung dll. (silahkan berselancar dengan
kata kunci penyakit komorbid Covid-19).
Menurut data terkini (via https://nasional.kompas.com/read/2020/12/21/16395021/update-bertambah-6848-kasus-covid-19-di-indonesia-capai-671778?page=all).
Senin (21/12):
“Dengan demikian, angka kematian akibat Covid-19 di
Indonesia tercatat sebesar 20.085 orang".
Artinya jumlah
kematian akibat Covid-19 sekitar 2,9% atau dari 100 orang yang positif Covid-19
sekitar 2,9 orang yang meninggal. Bandingkan dengan data kematian akibat rokok
atau penyakit yang diakibatkan tembakau yang dilansir
“Setiap
tahun, WHO mengatakan bahwa ada sekitar 225.700 orang di
Indonesia yang meninggal akibat merokok, atau penyakit lain yang berkaitan
dengan tembakau.”
?? ??
Waktu yang tepat! sudah
masuk bulan Desember. Secara akumulasi mana yang lebih berbahaya, kematian
akibat Covid-19 atau akibat Tembakau?
?? ??
Apa yang menyebabkan Covid-19
terasa sangat berbahaya, ditakuti, bahkan sampai terkadang akal sehat kita
tidak terima perlakuan atas suatu kejadian? Sebagai contoh, suatu bentuk
kerumunan adalah salah satu penyebab menyebarnya virus Covid-19 hendaknya tidak
berkerumun (baca: himbauan). Faktanya kegiatan ibadah dibatasi sedemikian
rupa, namun kegiatan demokrasi (baca: Pil-pil yang ada KADA) tetap berjalan
tanpa batasan. Mana mungkin bisa akal sehat dan logika menerima hal
seperti ini?
Penutup, Jawabannya adalah Media.
Stop sebarkan informasi mentah yang dikeluarkan oleh media. Mari olah informasi
yang disampaikan terlebih dahulu. Saya, Kamu, dan Kita semua diberikan akal
untuk berfikir, mengolah informasi, dan menyebarkan Kebenaran. Sungguh tidak
etis jika kita hanya percaya dan berpegang pada informasi yang seharusnya belum bisa disajikan. Terlebih harus percaya dan debat kusir tanpa data. Please Wake up!
Sampai jumpa dibagian kedua…
Tangerang, 21 Desember 2020
Yudha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar